Setiap tahun, ratusan ribu siswa di Indonesia berlomba-lomba memperebutkan kursi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) impian mereka melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT). Namun, tidak semua memiliki titik awal yang sama. Ada yang berasal dari sekolah favorit, punya akses ke bimbingan belajar sejak lama, atau memiliki dukungan penuh dari keluarga. Tapi ada juga yang memulai dari nol—tanpa bekal apa pun selain tekad dan semangat pantang menyerah.
Artikel ini akan membahas kisah nyata dari para pejuang SNBT yang memulai dari bawah, bahkan tanpa pernah masuk 10 besar di sekolah. Namun, berkat strategi, disiplin, dan semangat luar biasa, mereka akhirnya berhasil lolos ke PTN impian. Yuk, simak kisahnya untuk membuktikan bahwa semua orang bisa sukses jika mau berjuang!
baca juga: bimbel kedokteran ui
Awalnya Minder dan Tak Percaya Diri
Sebut saja namanya Dina, siswi SMA swasta kecil di pinggiran kota. Saat kelas 12, nilai-nilainya biasa saja. Bahkan, ia sempat berpikir untuk tidak ikut SNBT karena merasa tidak cukup pintar. Apalagi ketika melihat teman-temannya yang sudah ikut tryout sejak lama, bahkan ikut bimbel terkenal di Jakarta.
“Aku sempat down banget. Rasanya semua orang lebih siap dari aku,” ujar Dina.
Namun, satu hal yang ia miliki adalah tekad untuk mengubah hidupnya lewat pendidikan. Ia ingin membuktikan bahwa anak dari sekolah biasa pun bisa bersaing di jalur SNBT.
Menyusun Strategi dari Nol
Dina mulai memetakan apa saja yang harus ia pelajari. Ia mencari tahu struktur soal SNBT, mengunduh soal-soal tahun sebelumnya, dan menyusun jadwal belajar sendiri. Ia juga mulai menonton video pembelajaran gratis di YouTube dan mengikuti akun-akun edukasi di media sosial.
Beberapa strategi yang ia lakukan:
-
Fokus ke materi yang sering keluar di SNBT, terutama numerasi, literasi, dan penalaran logis.
-
Belajar mandiri selama 3 jam setiap malam, meskipun awalnya sangat berat.
-
Mengerjakan soal-soal latihan setiap minggu sebagai simulasi ujian.
-
Membuat catatan kecil untuk materi yang sulit dipahami, lalu di-review setiap akhir pekan.
Mencari Bimbel yang Terjangkau tapi Efektif
Karena keterbatasan biaya, Dina tidak bisa ikut bimbel mahal. Ia pun mencari alternatif bimbel privat yang bisa datang ke rumah atau online. Akhirnya, ia mendaftar di latisprivat.com, yang menawarkan program persiapan SNBT dengan harga terjangkau dan tutor alumni kampus ternama.
“Dari situ aku mulai paham cara berpikir cepat dalam mengerjakan soal. Tutor-nya sabar dan kasih strategi jitu banget,” kata Dina.
Dengan bimbingan dari tutor yang sesuai, ia mulai bisa mengejar ketertinggalan, bahkan mulai menikmati proses belajarnya.
baca juga: bimbel kedokteran online
Rasa Capek dan Ingin Menyerah Selalu Ada
Proses menuju SNBT tidak selalu mulus. Ada saat-saat ketika Dina merasa sangat lelah. Apalagi ketika hasil tryout awalnya selalu rendah. Namun, ia memilih untuk tidak menyerah.
Ia mengubah mindset-nya: bukan soal seberapa cepat kamu paham, tapi seberapa konsisten kamu bertahan.
Setiap kali merasa ingin berhenti, Dina mengingat tujuannya: ia ingin menjadi orang pertama di keluarganya yang kuliah di PTN. Ia ingin membuktikan bahwa ketekunan bisa mengalahkan keterbatasan.
Hari-H SNBT dan Keajaiban Doa
Tiba saatnya ujian SNBT. Dina mengaku grogi luar biasa, tapi ia terus menenangkan diri dengan mengulang catatan kecil dan membaca doa. Ia tidak mengharapkan nilai sempurna, tapi ia tahu sudah berjuang maksimal.
Saat pengumuman hasil SNBT tiba, ia tidak berani membuka website-nya sendirian. Ia meminta ibunya untuk mendampingi. Dan… namanya tertera sebagai mahasiswa baru Universitas Indonesia, jurusan yang ia impikan sejak dulu.
Tangis haru langsung pecah. Dina membuktikan bahwa berawal dari nol bukan alasan untuk gagal. Justru dari keterbatasan itu, semangat juang sejati tumbuh.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Kisah Dina?
Kisah Dina hanyalah satu dari banyak kisah inspiratif lainnya. Tapi ada pelajaran penting yang bisa kita ambil:
-
Jangan takut memulai dari nol. Semua orang sukses pernah berada di titik awal.
-
Konsistensi lebih penting daripada kecepatan. Belajar sedikit tapi rutin lebih baik daripada belajar maraton lalu menyerah.
-
Cari bantuan jika kamu butuh. Ada banyak lembaga seperti Latis Privat yang siap membantu kamu dengan program yang fleksibel dan terjangkau.
-
Percaya pada diri sendiri. Seringkali yang menghalangi kita bukan soal kecerdasan, tapi rasa takut gagal.
-
Berdoa dan minta restu orang tua. Dukungan mereka adalah energi yang luar biasa.